"Happy Kids are always happy~
No matter how difficult life they have been through"
19 Mei 2012
pukul 23.30 WIB
Taman Ismail Marzuki, Jakarta
Hari itu, selesai sudah pertunjukkan teater yang dilakonkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari universitas nomor satu di negeri ini. Pertunjukkan yang sangat bagus, pikirku. Teater itu melakonkan berbagai peristiwa khas dalam negeri, sekelumit konflik masyarakat, dan lagi-lagi tuntutan yang ditujukan kepada para petinggi bangsa. Pengemis, aparat polisi, bandit, sundal, gubernur, rumah kumuh, penjara, rumah bordil, tali penggantung hadir dalam lakon jadi satu bercampur aduk. Pada saat menikmati pertunjukkan panggung berdurasi 4 jam itu, saya hanya mengangguk-angguk dan mengutuk betapa busuk negeri yang mereka ceritakan itu. Kan mereka hanya berlakon, mendramatisir lah, pikirku.
Tapi seketika perasaan bersalah muncul saat saya keluar dari gedung itu.
Pukul 23.30, baru kali ini saya keluyuran di malam minggu saat jam hampir menunjukkan tengah malam.
Tapi apa yang saya lihat?
Anak-anak kecil berhamburan di sekitar kami,
menjajakan tissue, rokok, permen, koran.
Ini jam tidur anak-anak bukan? Mengapa mereka masih berkeliaran?
Apa mereka ga ngantuk? Kemana orangtua mereka?
Lalu saya tahu itu tidak benar,
namun apa yang bisa saya lakukan? Saya bisa bantu apa?
Saya baru saja melihat bukti nyata dari pertunjukkan yang saya tonton tadi.
Kejam sekali negeri ini,
bahkan lebih kejam dari apa yang pernah orang-orang ceritakan
Lalu, apa yang dapat kita lakukan?
Ah ingiin sekali rasanya membantu, tapi bagaimana?
Miris, ketika saya melihat realita menyedihkan,
ketika 30 menit lagi menuju hari Kebangkitan Nasional,
namun saya masih hanya berdiam, hanya berpikir
Bagaimana caranya saya bisa membantumu adik kecil?
Ketika saya berkutat dengan pikiran tanpa melakukan apa-apa,
tawa anak-anak itu masih bisa membahana
memecah sunyi malam menuju hari Kebangkitan Nasional itu
No comments:
Post a Comment