Dulu, sewaktu saya jadi maba, saya selalu iri melihat para mahasiswa yang telah lulus itu mengenakan pakaian toganya. Bagaimana rasanya ya, lulus dari universitas yang katanya prestise, salah satu yang katanya paling bagus se-Indonesia ini? Saya baru terpilih jadi mahasiswanya aja senengnya setengah mati. Apalagi yang berhasil menempuh pendidikan di dalamnya?
Saya cuma bisa iri dan berkata 'wah'.
"Bagaimana rasanya ya, duduk di antara kursi-kursi itu?"Tanya saya sewaktu jadi maba. Tradisi di UI adalah yang maba menyanyikan lagu untuk para wisudawannya. Saya waktu itu cuma duduk di tribun, sangat jauh dari mereka-mereka, wisudawan yang duduk di bawah sana. Saya membayangkan, betapa gembiranya mereka bersama ayah ibu dan sanak saudaranya yang datang, menyaksikan keberhasilan setelah menempuh pendidikan di universitas terbaik ini.
Sekarang, saya telah mengalaminya. Entah mengapa, rasa gembira yang saya bayangkan ternyata tidak sebegitunya. Saya lulus. Yeah. Lalu apa? Rasanya saya lulus, mengalami berbagai rintangan ini itu dalam perkuliahan, rasanyaa saya hanya cukup puas. Mengapa ya?
Saya pikir-pikir lagi, ternyata predikat lulus, dari universitas ternama pula, cukup memberikan saya beban yang agak lebih berat. Setelah ini, urusannya bukan lagi tentang: kerja dimana? gaji berapa? posisi kerjanya jadi apa? Tapi lebih ke beban tanggung jawab sebagai seorang lulusan kepada negaranya, masyarakat sekitarnya, yang turut membiayai uang pendidikannya. Tanggung jawab saya dan teman-teman wisudawan lain jadi lebih berat. Mengingat saya belum melakukan apapun untuk menunaikan tanggung jawab itu, saya jadi malu. Mestinya saya bergegas melakukan sesuatu, terlepas dari gaji dan posisinya. Saya juga irii dengan teman-teman dan senior yang sudah berada di jalur suksesnya masing-masing. Saya mestinya bisa juga mencapai sana. Saya cuma butuh keberanian lebih. Sesudah lulus ini, bisakah saya terobos ketakutan saya?
Ohiya satu lagi. Apakah lulus berarti juga mengucapkan kata perpisahan dengan teman-teman? Saya juga takut jika ini benar-benar terjadi. Bukankah kita masih bisa bertemu seminggu lagi? sebulan lagi? tahun depan? bukankah kita mash berada di bidang yang sama? Saat ini saya cuma mau percaya kalau kita bakal ketemu lagi, di banyak kesempatan. Jadi ga ada alasan untuk say good bye kan? Masing-masing kita cuma mengakhiri ini seperti biasa, pulang ke rumah, lalu berencana untuk main dan bertemu lagi lain waktu.
Renungan setelah lulus, ternyata banyak! Cukuplah hanya malam ini saya bengong-bengong mikirin ini. Saya harus bergegas~
No comments:
Post a Comment