Tuesday, May 22, 2012

Wayang Orang Bharata




Ternyata nonton wayang orang itu seru juga :)
Apalagi ketika diperbolehkan ngeliat mereka latihan dan persiapan

Uniknya, Grup wayang orang ini berasal dari satu keluarga besar yang bertempat tinggal dalam satu kawasan. Setiap hari mereka berkehidupan dan  bekerja seperti biasa, namun kalo hari sabtu pagi mereka bareng-bareng pergi ke Gedung Wayang Orang Bharata dan latihan untuk pertunjukkan di malam minggu.









Happy Kids


"Happy Kids are always happy~
No matter how difficult life they have been through"



19 Mei 2012
pukul 23.30 WIB
Taman Ismail Marzuki, Jakarta


Hari itu, selesai sudah pertunjukkan teater yang dilakonkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari universitas nomor satu di negeri ini. Pertunjukkan yang sangat bagus, pikirku. Teater itu melakonkan berbagai peristiwa khas dalam negeri, sekelumit konflik masyarakat, dan lagi-lagi tuntutan yang ditujukan kepada para petinggi bangsa. Pengemis, aparat polisi, bandit, sundal, gubernur, rumah kumuh, penjara, rumah bordil, tali penggantung hadir dalam lakon jadi satu bercampur aduk. Pada saat menikmati pertunjukkan panggung berdurasi 4 jam itu, saya hanya mengangguk-angguk dan mengutuk betapa busuk negeri yang mereka ceritakan itu. Kan mereka hanya berlakon, mendramatisir lah, pikirku.


Tapi seketika perasaan bersalah muncul saat saya keluar dari gedung itu.
Pukul 23.30, baru kali ini saya keluyuran di malam minggu saat jam hampir menunjukkan tengah malam.
Tapi apa yang saya lihat?
Anak-anak kecil berhamburan di sekitar kami, 
menjajakan tissue, rokok, permen, koran.
Ini jam tidur anak-anak bukan?  Mengapa mereka masih berkeliaran?
Apa mereka ga ngantuk? Kemana orangtua mereka?

Lalu saya tahu itu tidak benar, 
namun apa yang bisa saya lakukan? Saya bisa bantu apa?

Saya baru saja melihat bukti nyata dari pertunjukkan yang saya tonton tadi.
Kejam sekali negeri ini, 
bahkan lebih kejam dari apa yang pernah orang-orang ceritakan
Lalu, apa yang dapat kita lakukan?


Ah ingiin sekali rasanya membantu, tapi bagaimana? 
Miris, ketika saya melihat realita menyedihkan, 
ketika 30 menit lagi menuju hari Kebangkitan Nasional, 
namun saya masih hanya berdiam, hanya berpikir

Bagaimana caranya saya bisa membantumu adik kecil?

Ketika saya berkutat dengan pikiran tanpa melakukan apa-apa,
tawa anak-anak itu masih bisa membahana 
memecah sunyi malam menuju hari Kebangkitan Nasional itu

Makara's Color


Sunday, May 13, 2012

Review: To Belong



To Belong adalah sebuah proyek antara dua kebudayaan yang berbeda, yaitu Jepang dan Indonesia dalam kemasan seni tari. Pertunjukkan ini menampilkan paduan dua sudut yang berbeda untuk menyampaikan sebuah pesan melalui penyatuan metode yang sama. To Belong  menceritakan tentang tubuh dan roh, serta bagaimana kedua bagian itu saling mengisi dan memisahkan diri. To Belong seketika membuka pikiran para penikmatnya bahwa pertunjukkan tari tak selamanya hanya gerak dan tubuh, namun bagaimana tarian itu bercerita tahap demi tahap penceritaan namun dikemas dalam satu kesatuan yang unik. Apalagi jika dilihat dari pembawaan keempat penarinya yang memiliki karakter gerakan yang berbeda, yaitu tarian Jawa yang luwes serta patahan-patahan gerakan Jepang yang cepat. ‘To Belong’ dikemas dengan paduan serasi antara sastra, lisan, lagu, wayang, silat. Tidak melulu tradisional, didalamnya terdapat narasi dengan pembawaan modern, tari kontemporer serta penyatuan berbagai ‘mix media’  yang menjadi media ekspresi dalam karya seorang koreografer asal Jepang, Akiko Kitamura




Pada awalnya, saya mengira untuk dapat menikmati karya ini, saya hanya dapat duduk terpaku dalam diam untuk dapat memahami paduan dan gerakan yang dihasilkan. Namun ternyata pertunjukkan ini tak sekaku yang saya kira. Pada saat lampu bangku penonton dimatikan, suara-suara yang dimainkan mampu menyeret pikiran penonton ke dunia antah berantah dalam nuansa alam yang pekat. Hanya terdengar suara-suara angin dan gelembung air yang sangat keras secara terus menerus. Yang dapat kita dengarkan hanyalah suara itu, tak terdengar suara lainnya. Setelah musik alam melepas alam bawah sadar kita dari kenyataan, ia menuntun para penonton menuju cerita. Permainan video yang dilancarkan pada 4 layar putih yang saling menindih pun dimulai.


 Empat layar putih itu mulai terisi dengan sesosok animasi seorang  Slamet Gundono. Melalui permainan film, transisi mix media yang digunakan sangat apik dan rapi sehingga secara halus keempat penari seolah-olah muncul dari film itu. Di depan layar, telah tersedia 4 buah kursi tempat keempat penari duduk. Mereka telah muncul, namun masing-masing masih terduduk diam. Perhatian penonton lalu teralih kembali ke layar, tempat cerita Gundono mengalir. 

Setelah film selesai, masing-masing penari lalu mengatakan pendapat mereka masing-masing mengenai Gundono dan ibunya, Soindep. Pendapat yang disajikan secara naratif dikatakan dengan  santai dan sesekali mengundang respon penonton dengan tawa atau sekadar berkata ‘Oh’. Namun mereka sepakat dengan yang mereka dapatkan, yaitu Gundono bercerita tentang cinta. Cinta itu tak terputuskan oleh raga dan jiwa yang terpisah. Lalu sambil mengutarakan pendapat masing-masing, mereka mengaitkannya dengan pengalaman mereka dan sesekali menggerakkan tubuh. Pada awalnya gerakan tubuh mereka seragam dengan 'timing' yang sama. Namun tak berapa lama, mereka mulai berdebat tentang interpretasi masing-masing. Hal itu memecah keseriusan penonton dan ketika itulah kami mulai memahami bahwa kedua budaya itu memiliki caranya sendiri untuk menggambarkan pemikirannya.

 
Lalu keempat penari perlahan-lahan melepas diri mereka dari kursi tempat mereka berdiam sejak awal. Gerakan itu ada yang cepat, ada pula yang lambat. Masing-masing budaya, Jawa yang lemah lembut, serta Jepang yang gesit cepat, bertolak belakang dan memisahkan diri. Tak berapa lama, gerakan itu mulai berasimilasi dan keempat penari masing-masing terkoneksi dengan gerakan yang berbeda. Gerakan itu seperti daun yang lepas dari dahannya, turun perlahan. Lalu ketika mengenai suatu permukaan, gerakan kembali naik dengan cepat. Gerakan yang cepat lalu pelan itu juga saling terpilin satu sama lain, sehingga terlihat keempat penari berasal dari satu tubuh yang menjalankan fungsinya masing-masing. Gerakan itu terus berlanjut disertai efek yang berbeda-beda. Terkadang gelap, terkadang dihujani spotlight, terkadang bersinar warna-warni, terkadang hanya bayangan mereka yang terlihat bergerak. Nuansa yang berbeda-beda itu seperti gerakan alam yang natural.


 
Tahap selanjutnya adalah ketika mereka menceritakan pengalaman masing-masing, seperti yang Gundono lakukan di awal pertunjukkan. Keempat pengalaman itu seperti mendalami masing-masing pengalaman intim yang mereka alami. Pengalaman intim itu tak cukup hanya diceritakan secara verbal. Pengalaman intim itu memang sangat sulit dijelaskan dengan kata-kata karena hal itulah yang membekas dalam diri manusia. Menurut buku ‘Intimate Experience of Place’ karya Yi Fu Tuan, pengalaman intim adalah pengalaman dalam alam bawah sadar manusia, yang mungkin manusia tidak menyadarinya hal itu berharga, sampai suatu ketika rutinitas itu menghilang tiba-tiba. Hal itu mungkin menjadi titik balik pembelajaran manusia, bisa dalam hal positif maupun negatif. Bisa pula pengalaman intim itu berupa  suatu kenangan manis, maupun pahit. Pengalaman intim yang didalami itu diekspresikan dalam gerakan yang sarat akan makna. Ekspresi kesedihan mendalam yang dirasakan Ruri Mito dan Akito mungkin tak dapat ia jabarkan secara verbal. Namun penyatuan antara pikiran dan tubuh serta kekuatan saat penari mengalami ‘trance’, dapat melampaui perasaannya ke penonton sehingga penonton pun ikut mengalami simpati. Begitu pula dengan cerita Miroto dan Rianto. Mereka mungkin tidak bercerita tentang kisah sedih, namun pengalaman itu sangat membekas dan ingin mereka bagikan ke penonton yang menikmati karyanya. Melalui gerakan Miroto, kita dapat merasakan hubungan yang mendalam antara ia dan sang Ibu. Melalui gerakan gemulai Rianto, kita dapat memahami dasar motivasi Rianto hingga menjadi penari profesional seperti sekarang.

 
         Gerakan berikutnya adalah mereka berkolaborasi dua orang-dua orang secara bergantian. Masing-masing tubuh saling tertarik, saling lepas. Memeluk, melempar, kemudian lekat kembali. Kedua tubuh yang berpasangan pun muncul secara bergantian, kali ini seperti duel silat yang lincah. Gerakan mereka terjatuh, bangun, dan terangkat, seperti lupa jika badan memiliki massa dan dapat merasakan sakit. Di tahap ini, mereka memberi kebebasan bagi tubuh untuk bereksperimen, melampaui daya tahan tubuh mereka. Gerakan itu semakin lama semakin menyatu dan mereka berempat kembali bersatu padu menutup akhir cerita. 



             Pertunjukkan ini sangat kompleks mulai dari penggarapan media yang bermacam-macam mulai dari suara, film, layar, tubuh, kursi, lampu, dan sebagainya. Penyatuan antara kedua kebudayaan dalam gerak kontemporer yang padu tidak memaksa untuk disatukan, tapi tetap melebur dengan serasi. Penyatuan antar generasi tua dan muda, yaitu Miroto dan Akito yang berusia 50an dan 40an serta Ruri Mito dan Rianto yang berada pada awal 30an mereka bukanlah hal yang terlihat nyata. Mereka juga tetap menjadi diri sendiri sehingga seluruh gerakan yang mereka hasilkan murni berasal dari hati, memori, pengalaman intim yang mereka rasakan. Karya ini tak semata-mata hanya dapat dimengerti oleh kedua negara bersangkutan, Indonesia dan jepang, namun juga dapat dimengerti secara general oleh berbagai bangsa.


sumber : 
dokumentasi by : Facebook/ Salihara


Lomba Mewarnai :)

Baru kali ini jadi juri lomba mewarnai anak TK :) hhehee
Seru bangeet dan di luar ekspektasi gw, cara mereka mewarnai bagus bagus semuaa T^T *terharu*
Apalagi baru kali ini juga, cuma ngejuriin tapi dapet fee yang lumayan, Alhamdulillah :D





 Ini umurnya baru 3 tahun loh O__o

 Bareng dua pemenangnya :D


 Juara 3


 Juara 2


 Juara 1






Lain kali mau dong ikutan jadi juri anak TK lagi hhee

Amanah

"Dan sungguh beruntung 
orang yang memelihara amanah-amanah dan janjinya" 
(QS. 23:8)





Sejatinya amanah itu,
bukan karena kamu mampu
bukan pula karena mereka merasa kamu mampu
bukan karena kamu tahu kapasitasmu
bukan pula karena mereka tahu kapasitasmu 
dan jangan sampai pula karena kemauanmu

Amanah itu kehendak Allah, rencana Allah atas kehidupanmu

Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu berhimpun untuk menjauhkanmu dari amanah itu, jika Allah tahu itu yang terbaik bagimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu bersepakat menyatakan bahwa kamu tak mampu, jika Allah tahu amanah itu jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitas dirimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu berupaya maksimal agar seseorang yang bukan dirimu yang mengemban amanah itu, jika Allah ingin mendidikmu dengan amanah itu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya seluruh aibmu seketika memenuhi pikiranmu dan membuatmu berhenti melangkah karena ragu. Jika Allah tahu amanah itu akan membuatmu menjadi hamba yang semakin baik dan semakin dekat dengan-Nya, maka amanah itu akan ia berikan kepadamu.

Percayalah, ada rencana terbaik yang sudah Allah persiapkan.
Sikapilah dengan ikhtiar terbaik yang kamu lakukan
serta pertanggungjawaban terbaik yang bisa kamu persiapkan

sekali lagi, ini bukan tentangmu dan mereka, ini tentang kamu dan Dia

Dan melangkahlah dengan percaya, bahwa bersama-Nya semua akan baik-baik saja.



Semangat mengemban amanah semua BPH IMA tersayang :)





-copas dari bukunya Ka Ifa :)-

Thursday, May 3, 2012

Girls



Bunny Circus


Oh this feeling....



Oh this tingling feeling
Makes me wanna jump
Makes me wanna shout
Across the room..

Oh this feeling of longing
But damn it’s so blinding
I just can’t tell
If i feel happy or sad..

-Mocca, Butterflies in my tummy


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...