Friday, April 25, 2014

Terinspirasi dari Kelas Inspirasi



Oke, saya di tengah deadline ketat dan mematikan, tapi terus-terusan kepikiran ini, jadi saya tulis aja yaa~

Ini email dari panitia penyelenggara Kelas Inspirasi, Indonesia Mengajar.


"Menjelang keseruan pada sesi refleksi nanti, kami mengajak Anda untuk melakukan refleksi sederhana secara mandiri. Mungkin menjelang istirahat malam, atau sambil bersantai bersama keluarga di rumah, mari kita tanyakan pertanyaan berikut pada diri kita masing-masing dan merenungkan jawabannya sebagai refleksi pribadi atas pengalaman Hari Inspirasi kemarin.
1.       Ingat kembali pengalaman Anda mulai dari mendaftar, briefing, hingga mengajar/ mengabadikan momen pada Hari Inspirasi. Renungkan apa yang paling Anda syukuri dari apa yang Anda lihat atau alami.
Ternyata …….

2.       Dari referensi Anda selama ini mengenai cara-cara berkontribusi dalam ikut mendorong kemajuan pendidikan, renungkan apa yang Anda lihat atau rasakan unik dari pengalaman mengikuti Kelas Inspirasi.

Ternyata …….."


Okay, jadi saya akan mulai refleksi saya sekarang.. 

1. Ternyata...
    Niat berkontribusi dengan betul-betul terjun berkontribusi sangat berbeda. Memerlukan proses yang tidak sebentar. Melalui perjuangan yang tidak boleh kita hitung-hitung. Ternyata... saya menyadari, niat baik itu ga boleh mendek, macet. Dan satu lagi, ternyata... saya masih jauh ketinggalan dengan orang-orang yang sudah berbuat lebih. Saya iriii~ 

Bercerita tentang pengalaman bagaimana saya bergabung dengan kelas inspirasi, sebetulnya ini merupakan proses yang agak panjang juga sampai saya betul-betul bisa masuk ke dalam lingkaran relawan. Mungkin lebih lengkapnya saya bisa mulai dari bagaimana saya menemukan Indonesia Mengajar itu sendiri.

Saya agak lupa bagaimana saya menemukan satu buku yang menarik itu. Satu buku yang mengubah pandangan saya mengenai dunia pendidikan Indonesia yang katanya bobrok. Buku tersebut ditulis oleh para pengajar muda yang diterjunkan ke sistem pendidikan sekolah dasar di pelosok daerah Indonesia. Sayangnya, pengalaman 1 tahun para pengajar muda hanya bisa diisi oleh satu cerita saja. Setiap pengajar memiliki pengalaman baru dan berharga mengenai bagaimana mereka membenahi secara langsung pendidikan dengan membina tak hanya satu sekolah, melainkan satu lingkungan desa. Indonesia Mengajar percaya, anak-anak dipengaruhi tak hanya oleh sekolah, melainkan keluarga dan lingkungan mereka tinggal.

Seketika saya keranjingan dengan cerita-cerita yang disampaikan. Untungnya sudah ada buku berikutnya:  Indonesia Mengajar 2 dan satu buku yang sangaaat saya suka ditulis oleh satu pengajar muda: Bayu Adi Persada. Saya suka dengan bagaimana ia menceritakan kembali dengan mengikutsertakan kedalaman ikatan ia dengan murid, sekolah dan warga di desa ia ditempatkan. Saya terharu berkali-kali, ternyata ini yang kerap kali dialami pendidikan dasar di Indonesia, khususnya pelosok.

Saya mencoba untuk mengikuti jejak mereka. Saya belum lulus kuliah, maka belum bisa mendaftar sebagai pengajar muda. Namun, di kampus saya, ada gerakan serupa, yaitu UI Mengajar. Saya mengikuti seleksinya hingga hampir tahap terakhir. Saya tidak lolos saat harus mengajar tentang geografi pada anak-anak kelas 5 SD. Ya, saya akui geografi bukan bidang saya (saya buta peta XD) dan keadaannya saya baru pulang jam 3 pagi dari perjalanan 1 minggu dalam rangka Arcasia student jamboree di Bali. Paginya, pukul 06.30 saya harus simulasi mengajar. Wah, benar-benar perjuangan ditambah hujan super deras yang mengiringi perjalanan saya naik motor pagi-pagi. Mungkin memang takdir belum lolos kali ini heheheee...

Setelah itu, dunia perkuliahan mengalihkan rasa ingin berbagi saya. Banyaknya acara kampus dan lalalanya pun membuat saya terbuai. Saya kembali diingatkan saat saya dan teman-teman mengadakan acara ekskursi ke Wakatobi. Di sana, hampir setiap hari saya berkumpul bersama anak-anak untuk menggambar bersama. Dengan alat tulis seadanya dan kertas yang dibagi menjadi sangat kecil, mereka selalu bersemangat menumpahkan coretan-coretan lucu. Ketika mengobrol dengan guru setempat, ternyata mereka mengalami masalah tentang pendidikan yang cukup pelik. Saya mulai sadar, ternyata cerita di buku bahkan terkesan lebih ringan dibanding keadaan yang sebenarnya terjadi di pelosok daerah. Ternyata...

Nah, hati saya ikut terketuk ketika Indonesia Mengajar mengadakan #KerjaBakti dalam bentuk Festival. Ikut mengepak barang, membagi-bagi buku, menulis surat semangat untuk guru dan murid-murid, menurut saya hal yang sangat menyenangkan dan cerdas bagi siapapun yang ingin berkontribusi namun bingung harus berbuat apa. Disini saya menyadari, niat baik itu hanya menjadi niat jika tidak dikerjakan. Untuk mulai mengerjakannya, banyak hal harus ditoleransi, dikorbankan. Pertanyaannya, seberapa besar pengorbanan yang mau kita lakukan?

Selepas dari Festival Gerakan Indonesia Mengajar, saya mulai mendapat banyak info terkait kegiatan semacam itu. Ternyata ada Indonesia Menyala, Kelas Inspirasi dan sebagainya. Yaa, di sela-sela semester terakhir itu, saya kembali berpikir: Kuliah sudah mau lulus, apa yang sudah saya perbuat secara nyata, selain mengkhawatirkan tugas kuliah dan IPK saya?
Hati ini kembali diketuk ketika ada undangan Kelas Inspirasi. Beberapa saya retweet tentang open recruitment relawan mengajar. Nah, saya belum bisa mengajar karena lagi-lagi saya masih kuliah, belum menjadi seorang profesional yang bisa menceritakan pekerjaan mereka kepada anak-anak. Ternyata, pintu relawan tak hanya terbuka pada pengajar, tetapi juga tim dokumentasi. 

Masih berpikir ulang untuk mengikuti kegiatan ini pada awalnya. Deadline TA suka ga kira-kira, kelas fotografi juga harus banyak survey ke berbagai tempat. Akhirnya saya memutuskan daftar pada hari terakhir, jam-jam terakhir saat saya browsing sambil bengong. Tadaaaa... sudah satu minggu emailnya sampai di inbox saya, ternyata baru saya buka di H-2 briefing, saya terpilih sebagai salah satu relawan. Katanya terseleksi dari 1400 pendaftar menjadi salah satu dari 900 orang. 

Ternyataaa... Kelas Inspirasi super seru! 
Mulai dari briefing, diskusi whatsapp, survey sekolah hingga rapat dan ngobrol lucu bareng relawan lainnya menjadi hal baru yang sangat saya suka. Ga disangka, kelompok saya sangat kompak, mandiri, inisiatif tinggi dan fasilnya juga mirip banget sama temen saya si Garin (Cieh Kak Rayii~). Saya jadi yang paling muda di tengah-tengah inspirator yang kebanyakan sudah bekerja (hohooo~) Dari mereka sebenarnya saya belajar banyak. Saya di tahap sangat dekat dengan meraih cita-cita saya. Pertanyaan besarnya, bisakah saya pertahankan semangat saya untuk mencapai sana? Sudahkah saya berpikir akan menjadi apa nanti? Apa sebenarnya cita-cita saya? 

Terima kasiih untuk penggagas kelas inspirasi dan kelompok 37, Kak Rayi, Kak Ria, Kak Tatie,Kak Fay, Kak Avni, Bu Linda, Bu Ari, Kak Lita, Kak Dian, Kak Hessah, Kak Ariana, Kak Bigga walaupun belum bisa ketemu langsung, Kak Iwan yang maaf belum saya gambarin hhee dan Bobby yang ga saya sangka mau bantu-bantuin ambil foto. Terima kasiiih~~

Saya belajar banyaak, sangat banyaak. Terima kasih atas pengalaman menyenangkannya. Mudah-mudahan tidak terjadi hanya sekali seumur hidup yaa..

Seperti yang ditanamkan teman-teman relawan dan menjadi keyakinan saya sekarang,
saya percaya:

Kegiatan baik dan niat tulus seperti candu dan virus. Membuat ketagihan dan menular. Mudah-mudahan energi positif yang saya dapatkan dari kegiatan baik ini bisa diteruskan sehingga semua bisa merasakan asyiknya berbagi.

Untuk temen-temen kelompok 37, ayok kita kumpul lagi :)

Monday, April 14, 2014

My Name is Rain

Wah baru sadar abis nulis judul, itu kan tagline nya "Rain" (penyanyi korea) di iklan shampoo -__-"

Yayaaa saya sudah pernah cerita di blog ini, ketika saya kuliah, saya punya panggilan baru: Ame
Satu hal yang sebenarnya gak saya kira sebetulnya. Soalnya saya dipanggil Lia kalau di rumah. Temen-temen SD-SMA panggil saya Ade. Panggilan Ame aneh banget rasanya... tapi lama-lama saya suka.

Kenapa saya suka panggilan ini?
Sebenernya saya suka banget nama Lia. Kedengerannya cantik #hhaa #apasih
Saya suka juga nama Ade. Saya berasa selalu mudaaa dan imut #apalagisih
Tapi, nama Ame, meskipun kalo disebut sebenernya ga gitu enak, tapi ada maksud lain di balik batu hhaa

Kalau kata Tata, gabisa panggil Ame kalo ga agak cempreng, trus mesti ada penekanan di belakangnya:
"Ameeek"
Agak ngeden gitu kata Tata kalo manggil gw  #timpukTata 

Kata Fifi, bahkan kucing gw tahu kalau gw dipanggilnya Ame

"Meeeee.....w"

Okay... itu mengeong ya, tolong deh Fi..

Tapi.. nama Ame sangat erat kaitannya sama dua hal yang sangat saya suka~
Kalau kata dosen saya, Bu El:
Ame, nama kamu kayak orang Jepang. Artinya hujan atau permen. Tapi kalau kamu pasti permen yaa~ 
#uuuuuww :3

Yaak betuul saya suka hujan dan permen. Secara kebetulan juga, ketika saya SMA dan sempat belajar bahasa Jepang selama 3 tahun, saya paling suka nulis kanji "Ame" yang artinya hujan

Saya suka hujan! Saya hampir ga pernah pake payung kalau ga terpaksa banget, atau hujannya ga deres banget. Tapi lebih enak kalau pas hujan, saya ada di rumah. Suara bikin pengen bobo~
Saya sampe bikin playlist di youtube: Sweet Rainy Song. Isinya lagu-lagu yang enak didengerin kalau hujan, sampe suara hujannya beneran saya masukin playlist. Kebanyakan genrenya Bossa, Mori, K-indie, lagu macem Mocca gitu deh. Playlist ini suka saya puter semena-mena, kenceng-kenceng di studio. Katanya entah kenapa cocok sama kepribadian saya hhaaa~~

Ini playlist yang terakhir saya masukin, lagunya enak, saya suka bangeet~



Oh the sky grey
On this work day
You're just playing along
Just to see the day through
You're lonely and blue

Writings on the window
There's a deep longing sigh
You're far off in thoughts
You heart's grown all cold
It would be fun if you could sing a song

Let it rain, rain
It's the perfect weather for contemplating
Let it rain, rain
For after such a weather
Sunshine will come

The rainbows
And the laughter
And the serious smile
It's teasing you pal
Like it's coming to get you

Oh they wish for you
To be happy again
But you're locked up inside
You're missing your cue

Feeling weary
Stop running away
You're finding it hard to breath

Saturday, April 12, 2014

Mimpi kecil saya

Hari ini, saya mencoba berjalan sendirian, menuju tempat saya mendulang ilmu baru
Tidak mengajak teman, memang sengaja. Saya mau bertemu banyak teman baru disana
Pada awalnya memang agak canggung, saya tidak terbiasa melangkah sendiri
Sampai makan siang pun, saya belum berkenalan dengan satu orang pun
Tapi tekad ini kuat, ingin berkontribusi, ingin keluar dari cangkang
Ternyata benar dugaan saya, saya menemukan banyak orang-orang yang menginspirasi di sekitar saya
Saya harap, saya bisa selangkah lebih maju dengan mimpi saya dua tahun lalu
Saya harap, berada dekat dengan energi positif, akan membuat saya kelebihan energi positif yang harus disalurkan
Kuliah sudah mau lulus, masa saya belum berbuat apapun?
Kuliah cuma memikirkan akademis? Memangnya tujuan terakhir saya apa sih?
Saya harap, saya selangkah lebih dekat menuju mimpi
mungkin Tuhan memiliki jalannya,
saya dan seorang teman pun memulai sebuah konversasi
sebenarnya sudah lama saya ingin menghidupkan mimpi ini
tapi ketika sekeliling saya hanya memikirkan bagaimana caranya agar lulus, bagaimana mencari jati diri, saya ikut terbawa. Saya lupa rasanya berbagi
Mudah-mudahan konversasi ini berlanjut tindakan, meski sesusah apapun jalan di depan
Mudah-mudahan niat ini tersalurkan, bukan hanya mimpi saat muda
Mudah-mudahan...
Ah, janganlah khawatir...
Niat yang tulus, doa yang terucap, peluh yang keluar, pasti akan menghasilkan sesuatu
Mungkin air mata juga ikut serta, saya harap air mata bahagia di ujung pencarian
Yaa, tidak mulai bila tidak niat, tapi hanya menjadi mimpi jika niat hanya diucap
Saya... sangat rindu akan rasanya berbagi..



*tulisan ini reminder saya di masa depan. Tolong, jangan lagi lupa rasanya memberikan sesuatu

Sunday, April 6, 2014

Entah kenapa sempat terpikir...

Terlalu sering kepikiran tentang sesuatu
Malah hasilnya seolah terlihat tidak peduli
Tapi kalau yang terpikir ini ditunjukkan
Apakah jadinya ada perhatian yang berlebih?

Jadi aku harus bagaimana?

Ayah dan Rokok

Ayah: Lia, tolong ambilin hape ayah
Saya: Iya, yah *pergi ke dalem lalu ambil hape ayah*
          Nih yah
Ayah: Oiya, lupa. Rokok ayah juga masih di dalem. *sambil cengir geje*
Saya: Gamauu ambilin ah
Ayah: Ambiliin *masih nyengir*
Saya: Gamauuuu
Ayah: Ayo dong
Saya: *cemberut*
Ayah: Yaudah, ga usah hhee*masih nyengir-nyengir*
Saya: Gak usah beli di jalan juga ya yah
Ayah: Ehee *nyengir lagi*
Saya: Tuh kaan ketahuaan
         Jangan niat beli lagii pokoknya...!!

Untuk ayahku sayang dan semua perokok aktif,
kami menggunakan berbagai cara untuk mencegah kalian menghisap barang sia-sia itu,
bukan karena hal selain kami menyayangi kalian
Jangan salahkan perhatian kami..
Jangan karenanya lalu kalian menjadi gusar dan egois
Bukankah kita semua ingin hidup damai, saling mengingatkan dalam kebaikan?
Merokok itu seperti asap yang keluar darinya,
menimbulkan ilusi sekejap lalu hilang dengan cepat.
Tidakkah kalian juga mencintai orang-orang di sekeliling kalian?
Jadi tolong, mulailah mencintai diri kalian sendiri dulu..

Yaa, ayah saya memang perokok kelas berat.
Siapa lagi yang mau ingetin kalau bukan anak gadisnya...

Saturday, April 5, 2014

Twin Foot Eater

Thaaaaaanksss to Phatty for this Twin Foot Eater~~
Aaaaaaa it's really made my day after a lot of unpredictable events come~ *sigh*

Yes, you are really amazing and you already know that~



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...