Showing posts with label Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Indonesia. Show all posts

Thursday, September 18, 2014

Cute Camera Bag

This is my own product, handmade Cute Camera Bag~~
You can pre-order, I'm open for customize design~
Just email me 
ameadelia@yahoo.com / ameadelia@gmail.com
or contact me @ 085718114477
or mention my twitter @ameadelia











NEW DESIGN!!




Sunday, November 4, 2012

Arcasia Student Jamboree

 My card name 

Rasanya beruntung banget bisa ikut event internasional kayak gini~ 
Jadi event ini diselenggarakan oleh Arcasia (Architects Regional Council Asia) yang konferensinya diadakan setiap tahun. Beruntungnya, Indonesia jadi tuan rumah untuk tahun 2012 tepatnya di BALIII~ dan pas banget ada event student jamboree nya~ uhuy

Sebelum ikut kegiatan ini, masing-masing peserta mengirimkan paper kelompok dulu, mulai dari abstrak sampai full paper. Nah akhirnya aku, Piter, Vania, Maryam, Omma ikutan join bareng buat bikin 1 kelompok deeh~ kita pilih paper tentang atap rumah tradisional Indonesia. Lumayan tuh ngerjainnya sambil galau studio, galau organisasi, dan galau-galau lainnya~ Akhirnya kita kepilih buat mempresentasikan hasil paper kita. Tapi sempet galau juga tuh hampir ga ikut gara-gara kurang jelasnya sponsor departemen dan fakultas. Kan lumayan tiketnya rada mahal hhoo~ Tapi galau-galau itu ga sebanding sama yang kita dapet disana. Beneran ga nyesel deh ikutan event taraf internasional ini.

Acara student jamboree sendiri berlangsung selama 1 minggu. Kita berangkat hari minggu, tapi mulai ada kegiatan dari hari senin sampai jumat. Ngapain aja yak lama bener seminggu? Banyaaak kegiatan serunyaa XDD

Untuk hari pertama, kita ikutan para arsitek-arsitek asia untuk mendengarkan pembukaan dan konferensi hari pertama di Nusa Dua Convention Center. Waktu itu, di rundownnya sih bilangnya Pak SBY yang bakal buka, tapi ternyata diganti sama salah satu menteri. Waktu itu ketemu juga dengan beberapa dosen kita yang kesana. 

 In Nusa Dua Convention Center

 15th Asian Congress of Architects
Architecture regional Council of Asia

 Beach at the backyard of our hotel in the morning

 Sketching competition

 with the beautiful Tseegiii from Mongolia


Meet Abir from Bangladesh, 
he is the most passionate delegates at bamboo workshop: Making Bale

 Penjor

 with the sweet friend from Srilanka, Anu

 Friendship Night at Jimbaran

 Cutest smile from Srilanka and Indonesia :)

Plus Samir from Nepal with our chibichibichibi style Xp


 The most hilarious man, Loku from Nepal and Valen ^^

Loku and Me :D

Saturday, June 23, 2012

Green Grass, Sky and Butterfly


Thankyouuu @kersos2012 for make me feel soo refreshed after took all of that exaaam~~
Finally I can take a walk in a beautiful village with plain grass all around me
That open blue sky makes me feel like in a dreaming~~
When i wanna take photos of that pretty green grass and blue sky,
this adorable butterfly landed on my hand for a long time~
soo I take alot of photos with this cutie XDD  
Really, I'm feel so blessed :D
Subhanallah :D

Tuesday, May 22, 2012

Wayang Orang Bharata




Ternyata nonton wayang orang itu seru juga :)
Apalagi ketika diperbolehkan ngeliat mereka latihan dan persiapan

Uniknya, Grup wayang orang ini berasal dari satu keluarga besar yang bertempat tinggal dalam satu kawasan. Setiap hari mereka berkehidupan dan  bekerja seperti biasa, namun kalo hari sabtu pagi mereka bareng-bareng pergi ke Gedung Wayang Orang Bharata dan latihan untuk pertunjukkan di malam minggu.









Happy Kids


"Happy Kids are always happy~
No matter how difficult life they have been through"



19 Mei 2012
pukul 23.30 WIB
Taman Ismail Marzuki, Jakarta


Hari itu, selesai sudah pertunjukkan teater yang dilakonkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari universitas nomor satu di negeri ini. Pertunjukkan yang sangat bagus, pikirku. Teater itu melakonkan berbagai peristiwa khas dalam negeri, sekelumit konflik masyarakat, dan lagi-lagi tuntutan yang ditujukan kepada para petinggi bangsa. Pengemis, aparat polisi, bandit, sundal, gubernur, rumah kumuh, penjara, rumah bordil, tali penggantung hadir dalam lakon jadi satu bercampur aduk. Pada saat menikmati pertunjukkan panggung berdurasi 4 jam itu, saya hanya mengangguk-angguk dan mengutuk betapa busuk negeri yang mereka ceritakan itu. Kan mereka hanya berlakon, mendramatisir lah, pikirku.


Tapi seketika perasaan bersalah muncul saat saya keluar dari gedung itu.
Pukul 23.30, baru kali ini saya keluyuran di malam minggu saat jam hampir menunjukkan tengah malam.
Tapi apa yang saya lihat?
Anak-anak kecil berhamburan di sekitar kami, 
menjajakan tissue, rokok, permen, koran.
Ini jam tidur anak-anak bukan?  Mengapa mereka masih berkeliaran?
Apa mereka ga ngantuk? Kemana orangtua mereka?

Lalu saya tahu itu tidak benar, 
namun apa yang bisa saya lakukan? Saya bisa bantu apa?

Saya baru saja melihat bukti nyata dari pertunjukkan yang saya tonton tadi.
Kejam sekali negeri ini, 
bahkan lebih kejam dari apa yang pernah orang-orang ceritakan
Lalu, apa yang dapat kita lakukan?


Ah ingiin sekali rasanya membantu, tapi bagaimana? 
Miris, ketika saya melihat realita menyedihkan, 
ketika 30 menit lagi menuju hari Kebangkitan Nasional, 
namun saya masih hanya berdiam, hanya berpikir

Bagaimana caranya saya bisa membantumu adik kecil?

Ketika saya berkutat dengan pikiran tanpa melakukan apa-apa,
tawa anak-anak itu masih bisa membahana 
memecah sunyi malam menuju hari Kebangkitan Nasional itu

Sunday, May 13, 2012

Review: To Belong



To Belong adalah sebuah proyek antara dua kebudayaan yang berbeda, yaitu Jepang dan Indonesia dalam kemasan seni tari. Pertunjukkan ini menampilkan paduan dua sudut yang berbeda untuk menyampaikan sebuah pesan melalui penyatuan metode yang sama. To Belong  menceritakan tentang tubuh dan roh, serta bagaimana kedua bagian itu saling mengisi dan memisahkan diri. To Belong seketika membuka pikiran para penikmatnya bahwa pertunjukkan tari tak selamanya hanya gerak dan tubuh, namun bagaimana tarian itu bercerita tahap demi tahap penceritaan namun dikemas dalam satu kesatuan yang unik. Apalagi jika dilihat dari pembawaan keempat penarinya yang memiliki karakter gerakan yang berbeda, yaitu tarian Jawa yang luwes serta patahan-patahan gerakan Jepang yang cepat. ‘To Belong’ dikemas dengan paduan serasi antara sastra, lisan, lagu, wayang, silat. Tidak melulu tradisional, didalamnya terdapat narasi dengan pembawaan modern, tari kontemporer serta penyatuan berbagai ‘mix media’  yang menjadi media ekspresi dalam karya seorang koreografer asal Jepang, Akiko Kitamura




Pada awalnya, saya mengira untuk dapat menikmati karya ini, saya hanya dapat duduk terpaku dalam diam untuk dapat memahami paduan dan gerakan yang dihasilkan. Namun ternyata pertunjukkan ini tak sekaku yang saya kira. Pada saat lampu bangku penonton dimatikan, suara-suara yang dimainkan mampu menyeret pikiran penonton ke dunia antah berantah dalam nuansa alam yang pekat. Hanya terdengar suara-suara angin dan gelembung air yang sangat keras secara terus menerus. Yang dapat kita dengarkan hanyalah suara itu, tak terdengar suara lainnya. Setelah musik alam melepas alam bawah sadar kita dari kenyataan, ia menuntun para penonton menuju cerita. Permainan video yang dilancarkan pada 4 layar putih yang saling menindih pun dimulai.


 Empat layar putih itu mulai terisi dengan sesosok animasi seorang  Slamet Gundono. Melalui permainan film, transisi mix media yang digunakan sangat apik dan rapi sehingga secara halus keempat penari seolah-olah muncul dari film itu. Di depan layar, telah tersedia 4 buah kursi tempat keempat penari duduk. Mereka telah muncul, namun masing-masing masih terduduk diam. Perhatian penonton lalu teralih kembali ke layar, tempat cerita Gundono mengalir. 

Setelah film selesai, masing-masing penari lalu mengatakan pendapat mereka masing-masing mengenai Gundono dan ibunya, Soindep. Pendapat yang disajikan secara naratif dikatakan dengan  santai dan sesekali mengundang respon penonton dengan tawa atau sekadar berkata ‘Oh’. Namun mereka sepakat dengan yang mereka dapatkan, yaitu Gundono bercerita tentang cinta. Cinta itu tak terputuskan oleh raga dan jiwa yang terpisah. Lalu sambil mengutarakan pendapat masing-masing, mereka mengaitkannya dengan pengalaman mereka dan sesekali menggerakkan tubuh. Pada awalnya gerakan tubuh mereka seragam dengan 'timing' yang sama. Namun tak berapa lama, mereka mulai berdebat tentang interpretasi masing-masing. Hal itu memecah keseriusan penonton dan ketika itulah kami mulai memahami bahwa kedua budaya itu memiliki caranya sendiri untuk menggambarkan pemikirannya.

 
Lalu keempat penari perlahan-lahan melepas diri mereka dari kursi tempat mereka berdiam sejak awal. Gerakan itu ada yang cepat, ada pula yang lambat. Masing-masing budaya, Jawa yang lemah lembut, serta Jepang yang gesit cepat, bertolak belakang dan memisahkan diri. Tak berapa lama, gerakan itu mulai berasimilasi dan keempat penari masing-masing terkoneksi dengan gerakan yang berbeda. Gerakan itu seperti daun yang lepas dari dahannya, turun perlahan. Lalu ketika mengenai suatu permukaan, gerakan kembali naik dengan cepat. Gerakan yang cepat lalu pelan itu juga saling terpilin satu sama lain, sehingga terlihat keempat penari berasal dari satu tubuh yang menjalankan fungsinya masing-masing. Gerakan itu terus berlanjut disertai efek yang berbeda-beda. Terkadang gelap, terkadang dihujani spotlight, terkadang bersinar warna-warni, terkadang hanya bayangan mereka yang terlihat bergerak. Nuansa yang berbeda-beda itu seperti gerakan alam yang natural.


 
Tahap selanjutnya adalah ketika mereka menceritakan pengalaman masing-masing, seperti yang Gundono lakukan di awal pertunjukkan. Keempat pengalaman itu seperti mendalami masing-masing pengalaman intim yang mereka alami. Pengalaman intim itu tak cukup hanya diceritakan secara verbal. Pengalaman intim itu memang sangat sulit dijelaskan dengan kata-kata karena hal itulah yang membekas dalam diri manusia. Menurut buku ‘Intimate Experience of Place’ karya Yi Fu Tuan, pengalaman intim adalah pengalaman dalam alam bawah sadar manusia, yang mungkin manusia tidak menyadarinya hal itu berharga, sampai suatu ketika rutinitas itu menghilang tiba-tiba. Hal itu mungkin menjadi titik balik pembelajaran manusia, bisa dalam hal positif maupun negatif. Bisa pula pengalaman intim itu berupa  suatu kenangan manis, maupun pahit. Pengalaman intim yang didalami itu diekspresikan dalam gerakan yang sarat akan makna. Ekspresi kesedihan mendalam yang dirasakan Ruri Mito dan Akito mungkin tak dapat ia jabarkan secara verbal. Namun penyatuan antara pikiran dan tubuh serta kekuatan saat penari mengalami ‘trance’, dapat melampaui perasaannya ke penonton sehingga penonton pun ikut mengalami simpati. Begitu pula dengan cerita Miroto dan Rianto. Mereka mungkin tidak bercerita tentang kisah sedih, namun pengalaman itu sangat membekas dan ingin mereka bagikan ke penonton yang menikmati karyanya. Melalui gerakan Miroto, kita dapat merasakan hubungan yang mendalam antara ia dan sang Ibu. Melalui gerakan gemulai Rianto, kita dapat memahami dasar motivasi Rianto hingga menjadi penari profesional seperti sekarang.

 
         Gerakan berikutnya adalah mereka berkolaborasi dua orang-dua orang secara bergantian. Masing-masing tubuh saling tertarik, saling lepas. Memeluk, melempar, kemudian lekat kembali. Kedua tubuh yang berpasangan pun muncul secara bergantian, kali ini seperti duel silat yang lincah. Gerakan mereka terjatuh, bangun, dan terangkat, seperti lupa jika badan memiliki massa dan dapat merasakan sakit. Di tahap ini, mereka memberi kebebasan bagi tubuh untuk bereksperimen, melampaui daya tahan tubuh mereka. Gerakan itu semakin lama semakin menyatu dan mereka berempat kembali bersatu padu menutup akhir cerita. 



             Pertunjukkan ini sangat kompleks mulai dari penggarapan media yang bermacam-macam mulai dari suara, film, layar, tubuh, kursi, lampu, dan sebagainya. Penyatuan antara kedua kebudayaan dalam gerak kontemporer yang padu tidak memaksa untuk disatukan, tapi tetap melebur dengan serasi. Penyatuan antar generasi tua dan muda, yaitu Miroto dan Akito yang berusia 50an dan 40an serta Ruri Mito dan Rianto yang berada pada awal 30an mereka bukanlah hal yang terlihat nyata. Mereka juga tetap menjadi diri sendiri sehingga seluruh gerakan yang mereka hasilkan murni berasal dari hati, memori, pengalaman intim yang mereka rasakan. Karya ini tak semata-mata hanya dapat dimengerti oleh kedua negara bersangkutan, Indonesia dan jepang, namun juga dapat dimengerti secara general oleh berbagai bangsa.


sumber : 
dokumentasi by : Facebook/ Salihara


Sunday, April 22, 2012

My Dancing Experience :D


My favourite costume :3
This is a traditional dance from Sulawesi named "Kipas"
Kipas is a main property in this traditional dance
I like this costume, because it has a lot of bright color, and i don't need to tied my hair hhee
I love how they make that "songket" look so beautiful with detail at the back
My hair looks so beautiful with that hair accessory :D
By the way, I'm the purple one, and beside me is my sister




This is dance from Betawi (an ethnic grup from Jakarta) named Sirih Kuning (if i'm not wrong) 
I'm enjoying this dance too, because we don't need to wear a long skirt hahaa :D
I'll show you how Betawi dance have so many costume combination
This costume look a bit arabic and chinese, you can look from our shirt and hair properties




Hemm I think this is my youngest dance photos,
look at my younger sister, she just like a kindergarten kid hhaa
This is a dance from Central Java, named Mbok Jamu
The dance is kind a funny, because we have to wear 'bakul' at our back
If I'm not wrong, this is our first performance in TMII 




This is a difficult dance, I really mean it hhee
Because we have to hold a baby doll (a real size), an umbrella, and 'kendi'
and wearing that long thight skirt! Woaah
At the middle of the dance, we have to standing on that 'kendi' and playing with our umbrella
At the end of the dance, we have to throw and break that 'kendi'
And hold a baby with just a 'selendang' (shawl or what?) is difficult you know hhee
If you watching Indonesian Movie : Requiem of Java, you'll know because they show this Bondan Dance



Nah, this is one of Betawi Dance too
It named "Nandak Ganjen"
Nandak means Dancing and Ganjen means Flirting
This dance potrait a group of Teenager girls that likes to flirting, gossiping, wearing make up, with a comical mimic :D
This dance is unique, because we're not just dancing, we're acting a bit bitchy too hhaaa
This costume is special too, because our hair accessories is sooo chinese :D
But I like the music of Nandak Ganjen, it's soo funny. 
You'll know if you searching and watching this dance out hhaa





Well, I'm dancing for 6 years in my primary school
There are a lot of dance i've done, 
Pendet Dance (Bali), Serampang dua Belas (Melayu), Ngarojeng (Betawi), Cokek (Betawi), Ronggeng Blantek (Betawi), and a lot of dance that i can't remember the name (sorry). But thanks God, I've taste dance from Sumatera, Java, Borneo, Sulawesi, and Bali. Next, maybe I'll try Papua and Maluku dance hheee

And yehaa, now I'm interest with Wayang Orang since my second Project for Interior ARchitecture Studio hhee
They are awesome artists :O especially a Wayang Orang group in Jakarta named Bharata.
Wayang Orang is like a theater performing dance, drama and comedy (just like Kabuki from Japan) from Central of Java
You have to watch it, its sooo interesting :D
If you have a foreigner friends that come to Jakarta, you have to ask them to go there!
It's sooo Indonesia~~ 

I'll make a post for this Wayang Orang Bharata group ;D 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...