Tuesday, March 18, 2014

Kapsul Manusia dan Mimpi



Seperti hari-hari sebelumnya, aku sudah bertekad tak akan membuka mataku hari ini. Aku harus mengurus tokoku dulu. Lagi-lagi aku hanya bertengkar dengan MicroSus, avatar pelayan imut yang aku pekerjakan sejak 2 tahun yang lalu. Aku kesal dengannya yang tidak becus melayani pelanggan-pelangganku. Otakku sudah lelah mengoperasikannya. Jangan-jangan ia mulai rusak. Maklum, aku hanya pengelola sebuah toko kecil dalam CyberShop Junction di sebuah aplikasi maya. Aku sendiri harus menghidupi diri meskipun tidak bisa keluar dari kapsul ini. Tidak seperti  manusia di belahan timur bumi yang masih kuat menghirup udara di luar kapsul, manusia di belahan barat sepertiku sudah banyak yang hampir sama sekali tidak pernah lagi menginjakkan kaki di bumi. Aku sendiri sudah 22 tahun aku melewati masa hidup dalam kapsul ini, seumur hidupku berarti. Kapsul yang menopang kebutuhan hidupku, terletak di rak 3045 blok AZ, no 45. Kapsul ini telah tumbuh bersamaku sejak nyawa ditiupkan padaku. Seperti manusia lainnya, aku lebih senang main dalam dunia maya dan tak tertarik sama sekali untuk menghirup bumi yang kotor. Aku memang tidak pernah keluar, aku menyukai dunia dibalik kapsulku ini. Pernah aku penasaran dengan dunia luar karena terlalu banyak menonton film sejarah. Terkadang aku mencoba tidak sibuk dengan dunia maya. Aku membuka mataku seharian, memperhatikan kapsul-kapsul lain yang berjejer di segala sisi. Berbeda dengan dunia maya yang kubuat warna-warni di dalam kapsul, dunia di luar kapsulku terasa hening. Aku memang tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang ada di luar sana. Namun rak-rak kapsul yang menjulang tinggi, gelembung udara dalam kapsul yang berwarna biru muda dan siluet seseorang yang berada di dalamnya menjadikan suasana diluar terasa menakutkan. Di dunia dalam kapsul ini, aku memiliki banyak teman. Yaa, meskipun hanya dalam dunia maya. Aku tidak bisa membayangkan orang seperti apa yang akan aku temui kalau aku keluar dari kapsul ini. Aku juga tidak bisa membayangkan, orang seperti apa yang demi dia, aku rela meninggalkan kapsulku.
“Apa rasanya ya, meninggalkan kapsul ini?”
Sesekali aku bergumam saat aku terbangun setelah kembali dari menjelajah cerita-cerita dari masa lalu yang kuunggah dalam kapsul. Ternyata manusia jaman dulu memiliki tubuh yang besar. Sedangkan aku, sejak lahir dalam tabung, memiliki otot yang lemah serta tulang yang lunak. Kulit pucat yang sensitif dan rentan radiasi matahari menjadikan tubuhku sangat tergantung kepada kapsul ini. Bukan cuma aku, rata-rata manusia jaman sekarang lahir begitu. Maka itu kapsul kami dipenuhi cairan agar gravitasi tidak memberatkan otot. Beragam selang pun masuk ke dalamnya. Ada yang terhubung ke pernapasan, kerongkongan, dan saluran pembuangan. Bahkan di saat tertentu, kami juga harus menyumbangkan sel telur dan sperma agar dapat diproses menjadi manusia baru yang dikelola mesin dalam sebuah tabung. Selanjutnya, kami tumbuh dalam kapsul yang juga dapat membesar seiring berjalannya waktu. Kapsul juga dilengkapi layar 360o.. jadi, tanpa keluar kapsul pun aku tetap dapat merasakan otot tangan dan kakiku berjalan dalam dunia maya.
Tidak melulu aku berada di rak, sebenarnya. Aku juga pernah kok berkeliling blok. Dengan rute yang telah ditentukan, aku hanya pernah sesekali membetulkan kapsul, mengganti beberapa part. Sesekali, kapsul memang perlu diganti. Beberapa kali aku tertarik dengan beragam kapsul keluaran terbaru. Katanya banyak aplikasi terbaru yang dihadirkan dalam kapsul itu. Teman-temanku di dunia maya juga banyak yang sudah beralih. Mereka tertarik, karena salah satu aplikasi yang katanya seru.
 “Seru apanya?” tanyaku penasaran
“Kapsul ini bisa menghubungkanmu dengan dunia nyata, maya dan mimpi” Kata temanku
Ah, ya. Di dunia maya, kamu bisa mengendalikan dirimu. Tapi untuk dunia mimpi, hal itu sama sekali berbeda. Kita tak bisa memegang peranan apapun. Apa yang muncul dalam dunia mimpi tidak dapat kita perkirakan.
“Jadi, kamu bisa mengunjungi mimpi orang lain seperti kamu mengunjungi dunia maya? Kamu bisa mengajak siapapun yang muncul dalam mimpimu untuk berkenalan? Siapa yang muncul dalam mimpimu, bisa kamu ketahui usernamenya?” tanyaku lebih lanjut.
Dalam dunia maya ini, ada banyak pintu-pintu yang bisa kau kunjungi, ada yang tidak. Bisa terjadi demikian karena kualitas kapsul setiap orang berbeda-beda. Haruskah aku membeli kapsul yang baru agar pintu menuju dunia mimpi bisa aku buka? Sebenarnya aku sangat penasaran, karena belakangan ini ada yang masuk ke mimpiku berkali-kali. Tidak pernah aku lihat wajahnya sebelumnya. Biasanya, aku bermimpi tentang ruang kosong yang hening, atau terlampau meriah tergantung suasana hatiku. Biasanya, aku sendirian dalam mimpiku. Namun kali ini, dia lagi, dia lagi yang muncul. Karena berada dalam mimpi, aku tak bisa berbuat apapun sesuai kehendak hati. Bertanya siapa dia pun percuma. Apa dia juga menggunakan aplikasi dari kapsul terbaru? Bukankah lancang jika dia masuk mimpiku tanpa ijin? Tapi dia juga hanya memperhatikan, tak berbuat sesuatu pun.
Sepenasaran itu kah aku? Akhirnya hari ini aku memutuskan untuk berganti kapsul. Dengan men-setting rute menuju tempat biasa aku berganti onderdil, aku melihat kembali perjalanan yang dingin. Aku agak menikmati perjalanan kali ini, membayangkan akan bertemu dia yang ada dalam mimpi jika aku berganti kapsul. Kali ini, sembari diseret oleh rel magnetik, aku atur kapsulku berjalan lambat. Sambil memperhatikan satu persatu manusia di dalam rak-rak kapsul yang aku lewati, muka-muka dingin terlihat tidur dengan pulas, berbagai rupa, beragam bentuk.
 “Apakah dia? Apakah dia? Apakah dia yang masuk ke dalam mimpiku?”
Sampai di bengkel kapsul. Beberapa kali aku kesini namun baru kali ini aku harus keluar dari kapsul kesayanganku. Aku sangat takut jika nanti aku terpaksa harus menghirup udara bumi meskipun hanya sebentar. Ternyata aku tidak harus mengalami hal itu. Kap penutup bagian atas kapsul memang dibuka, lalu ada semacam tabung berisi cairan baru yang menjemput tubuhku ke atas. Lalu rel magnet yang membawa kapsulku berpindah, mensejajarkan kapsulku yang lama dan yang baru. Setelah pemindahan data antar kapsul selesai, aku kembali diturunkan. Tiba-tiba saja, aku sudah berada dalam kapsul baru.
“Welcome to the MagCocoon vers 4.5”
Kapsul baru ini tidak begitu kelihatan berbeda jika dilihat dari bentuknya. Cairan di dalamnya masih dingin dan berwarna biru. Hanya saja terlihat beberapa selang tambahan dan tombol baru. Satu kabel yang baru kullihat membuatku penasaran. Bentuknya berujung di bentuk membulat. Ada sedikit aliran setrum saat aku tempelkan di tangan. Di ujungnya yang membulat itu, terdapat tulisan DreamVisit vers 2.3. Mungkin ini aplikasi yang menghubungkan dunia mimpi. Lantas aku tempelkan benda itu di kepala dekat tengkuk belakang. Seketika aku berada di dimensi lain.
Dimensi lain ini agak berbeda memang. Aku memasuki pintunya yang besar. Lalu disambut oleh sebuah lobi luas, berwarna-warni, agak memutar, tinggi hingga membuat lubang ke atas. Di depannya, meja resepsionis menunggu.
“Ada yang bisa saya bantu?” Tanya wanita rapi yang duduk di meja itu.
“Apa benar ini aplikasi DreamVisit vers 2.3?” tanyaku penasaran, karena dimensi ini muncul setelah aku menempelkan kabel itu kebelakang tengkukku
“Iya benar, silakan silakan sign up terlebih dahulu”
“Apa yang tepatnya bisa saya lakukan disini? Apa benar saya bisa mengunjungi mimpi orang lain? Bisakah saya login ke mimpi saya sendiri?”
“Anda bisa mengunjungi sesuka hati anda. Bisa mimpi sendiri, mimpi orang yang anda benci lalu membuat keonaran di sana, atau mimpi kekasih anda untuk membuat kejutan. Kami tidak menganjurkan anda berada di dalam mimpi siapapun itu lebih dari 1 hari.”
“Mengapa tidak boleh lebih lama?”
“Karena akan membuat anda kecanduan. Bisa menyulitkan anda bertemu kembali dengan dunia nyata dan dunia maya. Anda bisa tersesat dan kehilangan diri anda. Untuk saat ini, belum ditemukan sistem yang bisa mengantisipasi hal tersebut.”
Aku tetap penasaran siapa orang yang berada di dalam mimpiku.
“Anda ingin signup?” Tanya wanita itu.
Tentu saja aku langsung menyerahkan chip dataku kepadanya. Aku diberikan kode visit untuk masuk mimpiku. Setelah itu, aku dituntun ke sebuah lorong panjang yang di kiri dan kanannya berisi tabung kaca buram sebesar ukuran satu manusia. Nomor tabung sektor 43 blok AR, akhirnya ketemu juga. Berdebar-debar, aku masukan kode visit, melangkah ke dalamnya, lalu kaca putih buram yang ada di sekelilingku tiba-tiba berubah warna. Aku masuk ke dunia mimpiku lewat aplikasi dalam dunia maya.
Orang itu sudah datang lebih dulu.
Seperti candu. Besoknya, besoknya, dan besoknya. Hampir setiap hari aku ke sana. Orang itu belum aku tahu namanya. Belum aku tahu siapa dia. Tapi rasa penasaran bercampur antusias ternyata menimbulkan rasa senang yang agak aneh.  Aku menikmati saat-saat aku buntuti ia, melihat malu-malu saat ia membalikkan badannya yang dibalut kemeja lengan panjang. Berdebar saat mendengar suara langkah kakinya dan melihat tungkai panjangnya berjalan. Untuk apa ia datang ke sini? Tersesatkah? Siapa dia? Seperti apa ia di dunia nyata?
Kamu yang datang ke dalam mimpiku. Sepertinya akhir-akhir ini kamu sering berkunjung ya. Kebetulankah? Atau aku saja yang sering memperhatikanmu? Ya, di dalam kapsul ini aku jadi sering mengunjungi DreamVisit hanya untuk melihatmu. Tentu saja aku tidak mau mengakuinya. Kamu yang sering berkunjung ke ruang maya ini sungguh memberiku semangat. Kamu tahu, sejak lahir tidak pernah aku segembira ini. Aku yang sering berada dalam kapsul kecil ini hampir tak pernah keluar melihat dunia. Malas saja, di luar sana katanya sungguh kejam. Manusia lemah sepertiku katanya tidak akan tahan menghadapi kejamnya iklim yang kian berubah ganas. Namun, aku jadi sering berpikir. Bertemu denganmu, saling bertatap mata, akankah mengubah pandanganku tentang kerasnya dunia?”
Akhirnya, setelah beberapa kali memergokimu muncul di DreamVisit vers 2.3 kita bisa berkenalan. Agak lucu kalau dibilang berkenalan, karena kamu tidak menyebut namamu. Tidak apa, karena sebetulnya aku pun tidak berani mengajakmu ngobrol duluan. Meskipun hanya berjalan-jalan dalam dunia tak kasat mata ini, aku senang karena bisa mengenalmu lebih jauh. Aku baru tahu, ternyata dunia yang kamu tunjukkan lebih indah. Aku baru tahu, kalau bunga itu pada jaman dulu bermacam-macam bentuknya. Aku baru tahu, ada makhluk lucu bernama rusa dan marmut. Aku baru tahu, rasanya berlari hingga kita tertawa terpingkal-pingkal. Rasanya aku jadi sulit memisahkan antara dunia maya dan dunia mimpi. Akankah kamu akan lebih sering datang mengunjungi “home”ku?
Kamu, yang selalu menemaniku dalam aplikasi ini, akhirnya aku tahu sedikit mengenai dirimu. Ternyata benar dugaanku, kamu tersesat. Dunia mimpi ini memang seperti paralel yang tak tahu ujung dan akhir. Apakah kamu lebih senang menghadapi khayalan dibanding dunia nyata? Aku juga, karenamu jadi lebih suka berada di sini. Tapi tak apa-apakah jika kita terus berada di sini? Aku tidak bisa hidup jika benar tersesat nanti. Apakah kamu butuh pertolongan? Haruskah aku mengeluarkanmu dari sini?
Secara berkala aku bisa keluar masuk aplikasi ini. Mengapa kamu tidak bisa? Kehilangan chip, katamu. Berarti harus di carikah? Berapa no datamu? Biar aku carikan.
Terlalu lama berada di dunia mimpi membuat ia kehilangan dirinya, katanya. Ia tak tahu siapa namanya. Bahkan nomor micro chip nya yang sangat penting pun tak ia ingat. Tapi, ia beritahu mengapa ia selalu berada di dunia mimpi ini. Ia bilang, ia tak kuat menghadapi kehidupannya yang nyata.
Karena sakit hati, katanya.
Dirimu yang tersesat, haruskah aku bantu?
Adakah cara lain membangunkannya?
“Kunjungi kapsulnya dan cabut kabel yang ada di tengkuknya. Hal itu akan membangunkan ia. Saya harap anda segera menolongnya. Terlalu lama kabel itu berada di tengkuknya akan membunuhnya” Kata wanita resepsionis itu.
Bagaimana aku mengetahuinya? Mencabut kabel berarti aku harus menemukan kapsulnya terlebih dahulu. Aku takut ia akan mati. Baru kali ini aku merasakan perasaan aneh, bahkan aku sanggup mencari ke beribu-ribu rak hanya untuk menyusuri siapa pemilik tubuh dalam mimpiku itu. Kapsulku aku atur lambat-lambat, ku perhatikan satu persatu wajah tidur manusia di dalamnya. Besar, kecil, tua, muda, cantik, tidak memiliki batang hidung, mulut yang terbelah, baru kali ini aku benar-benar memperhatikan spesiesku sendiri di dunia nyata.
“Mana ia? Mana ia? Di manakah ia?”
Semakin lama, aku percepat laju kapsulku. Semakin lama aku semakin pintar membaca wajah. Semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat. Tolong, jangan sampai ia mati karena terlalu lama dalam dunia mimpi. Semakin lama aku hanya melihat sekelebat-sekelebat cahaya. Semakin lama, kecepatanku tak terkendali.
Semakin lama, semakin lama, semakin lama...
Semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat...
BRAAAAK!!!
Kapsulku menabrak tanpa ampun ke salah satu kapsul yang lain. Selubungnya dan selubungku sama-sama pecah. Kaget dan baru menyadari apa yang terjadi, aku pandangi wajah sang pemilik kapsul yang aku tabrak.
Dia
Tak salah lagi
Kapsul kami tersangkut satu sama lain. Cairan gel di dalamnya sedikit demi sedikit luruh ke bawah. Kaki dan tanganku mulai berat untuk bergerak. Aku sempatkan tubuhku menyebrang ke kapsulnya, meraih tubuhnya dan berusaha mencabut sesuatu yang berada di tengkuknya
Hangat.
Baru kali ini aku merasakan hangatnya tubuh manusia lain. Aku selama ini yang sangat takut keluar kapsulku, tiba-tiba jadi merasa sangat terlindung. Pelan-pelan ia membuka matanya. Bangun dari mimpi panjangnya di mana ia tersesat. Menyadari aku, orang yang dia ingat, matanya hampir terbelalak tak percaya. Lambat laun ia melihat kapsul kami yang terpaut karena bertabrakan. Cairan gel yang semakin lama semakin sedikit, hangat tubuhnya, membuat aku damai sejenak.
“Akankah pertemuan ini kita lanjutkan di dunia mimpi?”
“Aku rasa, setelah ini kita akan berada di dunia mimpi selamanya”



-cerita ini salah satu berkah dari deadline tugas akhir, maaf kalo banyak kurangnyaa~

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...