Seperti hari-hari sebelumnya, aku sudah bertekad tak akan
membuka mataku hari ini. Aku harus mengurus tokoku dulu. Lagi-lagi aku hanya
bertengkar dengan MicroSus, avatar pelayan imut yang aku pekerjakan sejak 2
tahun yang lalu. Aku kesal dengannya yang tidak becus melayani
pelanggan-pelangganku. Otakku sudah lelah mengoperasikannya. Jangan-jangan ia
mulai rusak. Maklum, aku hanya pengelola sebuah toko kecil dalam CyberShop
Junction di sebuah aplikasi maya. Aku sendiri harus menghidupi diri meskipun
tidak bisa keluar dari kapsul ini. Tidak seperti manusia di belahan timur bumi yang masih kuat
menghirup udara di luar kapsul, manusia di belahan barat sepertiku sudah banyak
yang hampir sama sekali tidak pernah lagi menginjakkan kaki di bumi. Aku
sendiri sudah 22 tahun aku melewati masa hidup dalam kapsul ini, seumur hidupku
berarti. Kapsul yang menopang kebutuhan hidupku, terletak di rak 3045 blok AZ,
no 45. Kapsul ini telah tumbuh bersamaku sejak nyawa ditiupkan padaku. Seperti
manusia lainnya, aku lebih senang main dalam dunia maya dan tak tertarik sama
sekali untuk menghirup bumi yang kotor. Aku memang tidak pernah keluar, aku
menyukai dunia dibalik kapsulku ini. Pernah aku penasaran dengan dunia luar
karena terlalu banyak menonton film sejarah. Terkadang aku mencoba tidak sibuk
dengan dunia maya. Aku membuka mataku seharian, memperhatikan kapsul-kapsul
lain yang berjejer di segala sisi. Berbeda dengan dunia maya yang kubuat
warna-warni di dalam kapsul, dunia di luar kapsulku terasa hening. Aku memang
tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang ada di luar sana. Namun rak-rak
kapsul yang menjulang tinggi, gelembung udara dalam kapsul yang berwarna biru
muda dan siluet seseorang yang berada di dalamnya menjadikan suasana diluar
terasa menakutkan. Di dunia dalam kapsul ini, aku memiliki banyak teman. Yaa,
meskipun hanya dalam dunia maya. Aku tidak bisa membayangkan orang seperti apa
yang akan aku temui kalau aku keluar dari kapsul ini. Aku juga tidak bisa
membayangkan, orang seperti apa yang demi dia, aku rela meninggalkan kapsulku.
“Apa rasanya ya, meninggalkan kapsul ini?”
Sesekali aku bergumam saat aku terbangun setelah kembali
dari menjelajah cerita-cerita dari masa lalu yang kuunggah dalam kapsul.
Ternyata manusia jaman dulu memiliki tubuh yang besar. Sedangkan aku, sejak
lahir dalam tabung, memiliki otot yang lemah serta tulang yang lunak. Kulit
pucat yang sensitif dan rentan radiasi matahari menjadikan tubuhku sangat
tergantung kepada kapsul ini. Bukan cuma aku, rata-rata manusia jaman sekarang
lahir begitu. Maka itu kapsul kami dipenuhi cairan agar gravitasi tidak
memberatkan otot. Beragam selang pun masuk ke dalamnya. Ada yang terhubung ke
pernapasan, kerongkongan, dan saluran pembuangan. Bahkan di saat tertentu, kami
juga harus menyumbangkan sel telur dan sperma agar dapat diproses menjadi
manusia baru yang dikelola mesin dalam sebuah tabung. Selanjutnya, kami tumbuh
dalam kapsul yang juga dapat membesar seiring berjalannya waktu. Kapsul juga
dilengkapi layar 360o.. jadi, tanpa keluar kapsul pun aku tetap
dapat merasakan otot tangan dan kakiku berjalan dalam dunia maya.
Tidak melulu aku berada di rak, sebenarnya. Aku juga pernah
kok berkeliling blok. Dengan rute yang telah ditentukan, aku hanya pernah
sesekali membetulkan kapsul, mengganti beberapa part. Sesekali, kapsul memang
perlu diganti. Beberapa kali aku tertarik dengan beragam kapsul keluaran
terbaru. Katanya banyak aplikasi terbaru yang dihadirkan dalam kapsul itu.
Teman-temanku di dunia maya juga banyak yang sudah beralih. Mereka tertarik,
karena salah satu aplikasi yang katanya seru.
“Seru apanya?”
tanyaku penasaran
“Kapsul ini bisa menghubungkanmu dengan dunia nyata, maya
dan mimpi” Kata temanku
Ah, ya. Di dunia maya, kamu bisa mengendalikan dirimu. Tapi
untuk dunia mimpi, hal itu sama sekali berbeda. Kita tak bisa memegang peranan
apapun. Apa yang muncul dalam dunia mimpi tidak dapat kita perkirakan.
“Jadi, kamu bisa mengunjungi mimpi orang lain seperti kamu
mengunjungi dunia maya? Kamu bisa mengajak siapapun yang muncul dalam mimpimu
untuk berkenalan? Siapa yang muncul dalam mimpimu, bisa kamu ketahui
usernamenya?” tanyaku lebih lanjut.
Dalam dunia maya ini, ada banyak pintu-pintu yang bisa kau
kunjungi, ada yang tidak. Bisa terjadi demikian karena kualitas kapsul setiap
orang berbeda-beda. Haruskah aku membeli kapsul yang baru agar pintu menuju
dunia mimpi bisa aku buka? Sebenarnya aku sangat penasaran, karena belakangan
ini ada yang masuk ke mimpiku berkali-kali. Tidak pernah aku lihat wajahnya
sebelumnya. Biasanya, aku bermimpi tentang ruang kosong yang hening, atau
terlampau meriah tergantung suasana hatiku. Biasanya, aku sendirian dalam
mimpiku. Namun kali ini, dia lagi, dia lagi yang muncul. Karena berada dalam
mimpi, aku tak bisa berbuat apapun sesuai kehendak hati. Bertanya siapa dia pun
percuma. Apa dia juga menggunakan aplikasi dari kapsul terbaru? Bukankah
lancang jika dia masuk mimpiku tanpa ijin? Tapi dia juga hanya memperhatikan,
tak berbuat sesuatu pun.
Sepenasaran itu kah aku? Akhirnya hari ini aku memutuskan
untuk berganti kapsul. Dengan men-setting rute menuju tempat biasa aku
berganti onderdil, aku melihat kembali perjalanan yang dingin. Aku agak
menikmati perjalanan kali ini, membayangkan akan bertemu dia yang ada dalam
mimpi jika aku berganti kapsul. Kali ini, sembari diseret oleh rel magnetik,
aku atur kapsulku berjalan lambat. Sambil memperhatikan satu persatu manusia di
dalam rak-rak kapsul yang aku lewati, muka-muka dingin terlihat tidur dengan
pulas, berbagai rupa, beragam bentuk.
“Apakah dia? Apakah
dia? Apakah dia yang masuk ke dalam mimpiku?”
Sampai di bengkel kapsul. Beberapa kali aku kesini namun baru
kali ini aku harus keluar dari kapsul kesayanganku. Aku sangat takut jika nanti
aku terpaksa harus menghirup udara bumi meskipun hanya sebentar. Ternyata aku
tidak harus mengalami hal itu. Kap penutup bagian atas kapsul memang dibuka,
lalu ada semacam tabung berisi cairan baru yang menjemput tubuhku ke atas. Lalu
rel magnet yang membawa kapsulku berpindah, mensejajarkan kapsulku yang lama
dan yang baru. Setelah pemindahan data antar kapsul selesai, aku kembali
diturunkan. Tiba-tiba saja, aku sudah berada dalam kapsul baru.
“Welcome to the MagCocoon vers 4.5”
Kapsul baru ini tidak begitu kelihatan berbeda jika dilihat
dari bentuknya. Cairan di dalamnya masih dingin dan berwarna biru. Hanya saja
terlihat beberapa selang tambahan dan tombol baru. Satu kabel yang baru
kullihat membuatku penasaran. Bentuknya berujung di bentuk membulat. Ada
sedikit aliran setrum saat aku tempelkan di tangan. Di ujungnya yang membulat
itu, terdapat tulisan DreamVisit vers 2.3. Mungkin ini aplikasi yang
menghubungkan dunia mimpi. Lantas aku tempelkan benda itu di kepala dekat
tengkuk belakang. Seketika aku berada di dimensi lain.
Dimensi lain ini agak berbeda memang. Aku memasuki pintunya
yang besar. Lalu disambut oleh sebuah lobi luas, berwarna-warni, agak memutar,
tinggi hingga membuat lubang ke atas. Di depannya, meja resepsionis menunggu.
“Ada yang bisa saya bantu?” Tanya wanita rapi yang duduk di
meja itu.
“Apa benar ini aplikasi DreamVisit vers 2.3?” tanyaku
penasaran, karena dimensi ini muncul setelah aku menempelkan kabel itu
kebelakang tengkukku
“Iya benar, silakan silakan sign up terlebih dahulu”
“Apa yang tepatnya bisa saya lakukan disini? Apa benar saya
bisa mengunjungi mimpi orang lain? Bisakah saya login ke mimpi saya sendiri?”
“Anda bisa mengunjungi sesuka hati anda. Bisa mimpi
sendiri, mimpi orang yang anda benci lalu membuat keonaran di sana, atau mimpi
kekasih anda untuk membuat kejutan. Kami tidak menganjurkan anda berada di
dalam mimpi siapapun itu lebih dari 1 hari.”
“Mengapa tidak boleh lebih lama?”
“Karena akan membuat anda kecanduan. Bisa menyulitkan anda
bertemu kembali dengan dunia nyata dan dunia maya. Anda bisa tersesat dan
kehilangan diri anda. Untuk saat ini, belum ditemukan sistem yang bisa
mengantisipasi hal tersebut.”
Aku tetap penasaran siapa orang yang berada di dalam
mimpiku.
“Anda ingin signup?” Tanya wanita itu.
Tentu saja aku langsung menyerahkan chip dataku kepadanya. Aku
diberikan kode visit untuk masuk mimpiku. Setelah itu, aku dituntun ke
sebuah lorong panjang yang di kiri dan kanannya berisi tabung kaca buram
sebesar ukuran satu manusia. Nomor tabung sektor 43 blok AR, akhirnya ketemu
juga. Berdebar-debar, aku masukan kode visit, melangkah ke dalamnya,
lalu kaca putih buram yang ada di sekelilingku tiba-tiba berubah warna. Aku
masuk ke dunia mimpiku lewat aplikasi dalam dunia maya.
Orang itu sudah datang lebih dulu.
Seperti candu. Besoknya, besoknya, dan besoknya. Hampir
setiap hari aku ke sana. Orang itu belum aku tahu namanya. Belum aku tahu siapa
dia. Tapi rasa penasaran bercampur antusias ternyata menimbulkan rasa senang
yang agak aneh. Aku menikmati saat-saat
aku buntuti ia, melihat malu-malu saat ia membalikkan badannya yang dibalut
kemeja lengan panjang. Berdebar saat mendengar suara langkah kakinya dan
melihat tungkai panjangnya berjalan. Untuk apa ia datang ke sini? Tersesatkah?
Siapa dia? Seperti apa ia di dunia nyata?
Kamu yang datang ke dalam mimpiku. Sepertinya akhir-akhir
ini kamu sering berkunjung ya. Kebetulankah? Atau aku saja yang sering
memperhatikanmu? Ya, di dalam kapsul ini aku jadi sering mengunjungi DreamVisit
hanya untuk melihatmu. Tentu saja aku tidak mau mengakuinya. Kamu yang sering
berkunjung ke ruang maya ini sungguh memberiku semangat. Kamu tahu, sejak lahir
tidak pernah aku segembira ini. Aku yang sering berada dalam kapsul kecil ini
hampir tak pernah keluar melihat dunia. Malas saja, di luar sana katanya sungguh
kejam. Manusia lemah sepertiku katanya tidak akan tahan menghadapi kejamnya
iklim yang kian berubah ganas. Namun, aku jadi sering berpikir. Bertemu
denganmu, saling bertatap mata, akankah mengubah pandanganku tentang kerasnya
dunia?”
Akhirnya, setelah beberapa kali memergokimu muncul di DreamVisit
vers 2.3 kita bisa berkenalan. Agak lucu kalau dibilang berkenalan, karena kamu
tidak menyebut namamu. Tidak apa, karena sebetulnya aku pun tidak berani
mengajakmu ngobrol duluan. Meskipun hanya berjalan-jalan dalam dunia tak kasat
mata ini, aku senang karena bisa mengenalmu lebih jauh. Aku baru tahu, ternyata
dunia yang kamu tunjukkan lebih indah. Aku baru tahu, kalau bunga itu pada
jaman dulu bermacam-macam bentuknya. Aku baru tahu, ada makhluk lucu bernama rusa
dan marmut. Aku baru tahu, rasanya berlari hingga kita tertawa
terpingkal-pingkal. Rasanya aku jadi sulit memisahkan antara dunia maya dan
dunia mimpi. Akankah kamu akan lebih sering datang mengunjungi “home”ku?
Kamu, yang selalu menemaniku dalam aplikasi ini, akhirnya
aku tahu sedikit mengenai dirimu. Ternyata benar dugaanku, kamu tersesat. Dunia
mimpi ini memang seperti paralel yang tak tahu ujung dan akhir. Apakah kamu
lebih senang menghadapi khayalan dibanding dunia nyata? Aku juga, karenamu jadi
lebih suka berada di sini. Tapi tak apa-apakah jika kita terus berada di sini?
Aku tidak bisa hidup jika benar tersesat nanti. Apakah kamu butuh pertolongan?
Haruskah aku mengeluarkanmu dari sini?
Secara berkala aku bisa keluar masuk aplikasi ini. Mengapa
kamu tidak bisa? Kehilangan chip, katamu. Berarti harus di carikah? Berapa no
datamu? Biar aku carikan.
Terlalu lama berada di dunia mimpi membuat ia kehilangan
dirinya, katanya. Ia tak tahu siapa namanya. Bahkan nomor micro chip nya yang
sangat penting pun tak ia ingat. Tapi, ia beritahu mengapa ia selalu berada di dunia mimpi ini. Ia bilang, ia tak kuat menghadapi kehidupannya yang nyata.
Karena sakit hati, katanya.
Dirimu yang tersesat, haruskah aku bantu?
Adakah cara lain membangunkannya?
Karena sakit hati, katanya.
Dirimu yang tersesat, haruskah aku bantu?
Adakah cara lain membangunkannya?
“Kunjungi kapsulnya dan cabut kabel yang ada di tengkuknya.
Hal itu akan membangunkan ia. Saya harap anda segera menolongnya. Terlalu lama
kabel itu berada di tengkuknya akan membunuhnya” Kata wanita resepsionis itu.
Bagaimana aku mengetahuinya? Mencabut kabel berarti aku
harus menemukan kapsulnya terlebih dahulu. Aku takut ia akan mati. Baru kali
ini aku merasakan perasaan aneh, bahkan aku sanggup mencari ke beribu-ribu rak
hanya untuk menyusuri siapa pemilik tubuh dalam mimpiku itu. Kapsulku aku atur
lambat-lambat, ku perhatikan satu persatu wajah tidur manusia di dalamnya.
Besar, kecil, tua, muda, cantik, tidak memiliki batang hidung, mulut yang
terbelah, baru kali ini aku benar-benar memperhatikan spesiesku sendiri di
dunia nyata.
“Mana ia? Mana ia? Di manakah ia?”
Semakin lama, aku percepat laju kapsulku. Semakin lama aku
semakin pintar membaca wajah. Semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat.
Tolong, jangan sampai ia mati karena terlalu lama dalam dunia mimpi. Semakin
lama aku hanya melihat sekelebat-sekelebat cahaya. Semakin lama, kecepatanku
tak terkendali.
Semakin lama, semakin lama, semakin lama...
Semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat...
BRAAAAK!!!
Kapsulku menabrak tanpa ampun ke salah satu kapsul yang
lain. Selubungnya dan selubungku sama-sama pecah. Kaget dan baru menyadari apa
yang terjadi, aku pandangi wajah sang pemilik kapsul yang aku tabrak.
Dia
Tak salah lagi
Kapsul kami tersangkut satu sama lain. Cairan gel di
dalamnya sedikit demi sedikit luruh ke bawah. Kaki dan tanganku mulai berat
untuk bergerak. Aku sempatkan tubuhku menyebrang ke kapsulnya, meraih tubuhnya
dan berusaha mencabut sesuatu yang berada di tengkuknya
Hangat.
Baru kali ini aku merasakan hangatnya tubuh manusia lain.
Aku selama ini yang sangat takut keluar kapsulku, tiba-tiba jadi merasa sangat
terlindung. Pelan-pelan ia membuka matanya. Bangun dari mimpi panjangnya di
mana ia tersesat. Menyadari aku, orang yang dia ingat, matanya hampir
terbelalak tak percaya. Lambat laun ia melihat kapsul kami yang terpaut karena
bertabrakan. Cairan gel yang semakin lama semakin sedikit, hangat tubuhnya,
membuat aku damai sejenak.
“Akankah pertemuan ini kita lanjutkan di dunia mimpi?”
“Aku rasa, setelah ini kita akan berada di dunia mimpi
selamanya”
-cerita ini salah satu berkah dari deadline tugas akhir, maaf kalo banyak kurangnyaa~
No comments:
Post a Comment