Tuesday, September 4, 2018

Memulai yang Baik




Memulai kegiatan Seri Seni adalah satu titik penting dalam hidup yang saya sangat bersyukur bisa terlibat di dalamnya. Dimulai dari inisiatif Bu Aisyah, ibu PKK yang ingin anak-anak punya tempat latihan menari karena setiap menjelang 17an mereka kewalahan mempersiapkan pentas.

Seri Seni dimulai dari 2 anak yang Bu Aisyah minta untuk diajarkan menari Betawi. Tapi, saat itu saya masih benar-benar belum paham bagaimana saya bisa mengajarkan mereka. Mungkin karena saya terburu-buru dan gerakan tarinya demikian susah, salah satu anak menangis dan tidak mau meneruskan latihan.

Berinteraksi dengan anak-anak dan pada waktu yang sama mengajarkan mereka untuk menari adalah hal yang sangat sulit. Pengalaman ikut kegiatan Kelas Inspirasi di Jabodetabek benar-benar tidak cukup. Saya harus paham bagaimana perilaku anak-anak bisa menyesuaikan cara saya berkomunikasi. Saya pelajari beragam cara interaksi, menarik perhatian, bersabar menanggapi beragam permintaan anak-anak.

Deg-degan, saya sangat ingat saat Bu Aisyah memberitahu tetangga-tetangganya dan berhasil membawa 4 anak di pertemuan berikutnya. Dengan pertemuan canggung dan kikuk itu, kami berhasil melalui latihan pertama hanya untuk belajar dua gerakan. Selanjutnya, makin hari ke hari peminat kegiatan tari ini semakin banyak, memenuhi garasi kecil di belakang rumah.

Anak-anak ada yang cuma mau main, ada yang tidak suka latihan lama-lama, ada yang pemilih karena cuma mau gerak di tari tertentu. Tapi berubah segar ketika musik dipasang. Tampang mereka sumringah meskipun gerakannya belum kompak dan masih salah-salah. Saya rasa ini awalan yang baik.

Saya mulai lagi untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan anak-anak melalui beragam cara: nonton youtube, literatur, ikut kegiatan temen, juga kadang tanya ke guru PAUD. Yang paling penting yang saya rasakan saat itu adalah harus belajar step by step, jangan menjanjikan apapun, juga pandai-pandai mengambil hati agar mereka terus semangat latihan.

Kalau saya ingat lagi ketika dulu saya menari, yang paling penting adalah rasanya ketika ingin tampil dan pentas. Seneng banget sampai-sampai selalu ditunggu setiap tahunnya. Kalau saya pikir lagi, dengan menari saya punya beragam keuntungan. Saya bisa tampil pede di depan umum, belajar disiplin, toleransi juga kerja keras dan latihan terus menerus. Hal ini yang coba saya ajak ke anak-anak. Ternyata memang gak gampang. Butuh komitmen ke diri sendiri dulu untuk bisa sampai ke orang lain.

Bikin komitmen sama diri sendiri ini yang menurut saya paling susah. Saya harus jauh beberapa langkah kedepan. Saya juga harus disiplin sama komitmen dan tanggung jawab saya ke orang lain. Saya juga harus belajar atur keuangan untuk bisa dipakai ke hal-hal yang lebih berfaedah untuk bersama. Saya juga harus melebarkan jaringan, karena gak tega latihan terus tapi sepi pentas dan harus belajar tarian baru supaya materinya segar.

Saya gak pernah menyesal dengan keputusan itu. Meskipun cukup ruwet, karena bukan cuma perkara ngajarin anak orang nari. Banyak hal yang saya pelajari. Salah satunya adalah saya gak cuma berinteraksi dengan anak-anak saja. Saya juga belajar berinteraksi dengan orang tua mereka. Saya harus pandai cari celah jaring pertemanan ke komunitas lokal. Juga harus temenan ke sesama penari. Yang belum adalah cari koneksi ke pemerintahan, meskipun belum tahu akan berguna atau tidak.Saya belajar realistis memperkirakan waktu, kemampuan diri sendiri, kemampuan anak didik dan ekspektasi orang-orang.

Menari membuka jaringan saya ke tetangga dan komunitas lokal sekitar rumah. Saya yang merasa asing di lingkungan terdekat dan gak tahu harus ngumpul berteman dengan siapa, jadi merasa punya sesuatu yang bisa dibagi ke lingkungan. Meskipun belum terlihat signifikan dan maksimal, namun cukup untuk membuat saya merasa dibutuhkan dan didukung.

Sampai suatu ketika saya sadar adalah ketika menghadapi momen setelah lebaran. Ibu-ibu meminta untuk diadakan liwetan yang nasi dan lauk pauk nya bikinan mama-mama anak tari. Saya yang selalu insecure dengan biaya setelah mengadakan acara yang cukup besar, tadinya was-was karena tidak punya dana untuk gelar acara. Namun, kekhawatiran saya hanya angin lalu. Tanpa persiapan yang lama dan rapat lengkap, semua gotong royong untuk bisa mengadakan liwetan ini.

Terima kasih, mama-mama semua. Kalianlah yang membuat saya selalu semangat membagikan sedikit hal yang saya tahu. Juga membuat saya berpikir kalau saya ternyata dibutuhkan. Perasaan ini rasanya sangat manis. Meskipun saya baru dan masih harus banyak belajar, terutama bersosialisasi dengan tetangga, tapi mama-mama inilah yang selalu mengingatkan saya dan mengajarkan saya banyak hal. Banyak kegiatan seru juga karena ide mereka.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...