Sunday, May 11, 2014

Apakah Politik = Jahat dan Busuk?

Yap. Itu pertanyaan saya semenjak saya melek dengan dunia sekitar, semenjak saya melepas keegoisan diri saya yang cuma mau tahu tentang komik,kpop,jpop dan anime.

Apakah benar, politik = jahat, busuk, korup, pencitraan, basabasi dan penuh kebohongan? #lebay

Hey hey, saya selalu menghindari untuk masuk ke ranah politik, tidak mau membuka mata, tidak mau mendengar karena saya terlalu banyak mendengar berita negatif tentang orang-orang yang berada di pucuk kepemimpinan negara kita. Buat apa mencari tahu, toh cuma merusak kuping saya? Itu yang dulu saya pikir.

Tapiii tidak bisa tidak, saya salah satu warga negara yang juga turut mengambil peran dalam dunia perpolitikan ini. Minimal dalam pemungutan suara deh. Baik memilih calon legislatif, pemilihan gubernur dan pemilihan presiden. Tadinya saya pikir: Yaa saya kan pemilih baru, belum bisa lihat politik, belum tahu mana yang bener dan baik buat saya pilih, masih banyak orang dewasa dan lebih bijak yang bisa melakukan hal itu. Saya yakinnya, kepeleset satu suara dari saya yang buta tapi udah ikutan milih, gapapa deh. Tapi ternyata pikiran bandel saya ini salah.

Kenapa di umur segini kita udah boleh ikut milih? Apa yang diharapkan dari warga negara cukup umur tapi belom dewasa kayak saya? Ternyataaa, saya baru bisa melek, saya baru sadar: Orang-orang yang selalu kamu keluhkan dan denger berita miringnya di TV itu, dipilih sama tangan kamu sendiri. Ini yang milih kamu, seorang mahasiswa dari PTN terkenal dan bagus, yang diakuin pinter-pinter, yang diharapkan bisa lebih kritis. Bagaimana kalau pola pikir kayak saya ini dimiliki oleh semua pemuda baru cukup umur yang ga mau tahu apapun tentang politik? Sementara itu jumlah pemilih muda ternyata paling banyak, yang artinya bobroknya pemerintahan 5 tahun mendatang ternyata karena yang milih males cari tahu dan ngasal? Serem ya.

Saya udah ikutan jadi pencoblos udah 3 kali. Yang pertama kali, jujur, hari itu saya bahkan gatau siapa yang saya coblos, siapa yang saya pilih. Saya menyia-nyiakan satu kesempatan berharga untuk turut andil membangun bangsa saya lebih baik. Pemilihan kedua, saya sudah mulai memilah-milih, meskipun waktunya cenderung singkat untuk bisa bedain visi misi tiap calon. Paling ga, saya mendengar rekomendasi. Nah yang ketiga kalinya, saya mulai rajin cek website karena yang dipilih caleg. Jadinya mesti agak lebih jeli buat banding-bandingin. Saya maunya, yang masuk ke pucuk-pucuk pemerintahan negara saya, ialah orang-orang keren berprestasi yang bisa kerja sepenuh hati.

Selain itu, apalagi yang saya tau tentang politik? Selebihnya cuma denger-denger dari berita (meskipun beritanya banyak miring) dan percakapan ringan sama ayah. Lagi-lagi persepsi yang media dan orang-orang sekeliling saya tawarkan: Politik berbahaya. Tapi bagaimana politik yang memegang nasib bangsa kita bisa ia berubah menjadi penuh taktik dan membahayakan?

Saya jadi disadarkan oleh satu orang, salah satu panutan saya. Ia akademisi. Ia membangun pergerakan pendidikan oleh pemuda yang dampaknya luar biasa hebat. Saya katakan disini, luar biasa hebat karena saya sudah merasakan sistemnya dari dalam.

Ia berkata:   
"Rumus menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin kita = Kompetensi + Integritas + Kedekatan - Self-Interest"

Bukankah itu yang harusnya ada dalam ranah politik kita? Lalu saya pun bertanya-tanya:
Mengapa harus minus "Self-Interest"?
Kalau maju dalam ranah politik namun menghindar dari kemaslahatan umat, yang ada malah mementingkan keuntungan pribadi. Ya, mementingkan keuntungan pribadi. Hal itu yang menjadikan orang-orang yang tidak kuat imannya saling dorong, menyikut, penuh intrik dan busuk.
Akibatnya? Apapun dilakukan untuk kepuasan pribadi semata.
Korupsi, KKN, saling sikut, lempar tantrum. Hal itukah yang ada dalam dunia politik kita saat ini?
Lalu, mereka yang hanya segelintir itu, yang nyaman berada dalam kursi-kursi empuk itu, apakah hanya kita diamkan? Apakah mereka hanya akan kita cibir lewat twit lalu sudah? Kita maki-maki saat nonton TV? Apakah cukup?

Satu lagi kutipan orang hebat ini:
"Negara bermasalah karena orang baik diam dan mendiamkan"

Jedaarrr...! Saya tertampar. 
Saya termasuk orang yang berada di dalamnya. Bahkan kadang saya terlalu legowo sama politik kita yang kian berbahaya. Bahkan saya sampai titik malas mencibir dan memaki. Saya cuma kesal dalam hati lalu mendiamkan. Setelah itu saya mau saja ikut terbawa arus padahal kehidupan saya berbangsa dan bernegara diatur mereka. 

Lalu, apa yang harus saya lakukan? Saya tidak mau mendiamkan. Tapi saya bisa berbuat apa?
Kuliah belum lulus, pengalaman belum ada, kegiatan sana-sini apa cukup?
Lagi-lagi, saya belajar banyak dari seseorang:

"Sebenarnya banyak sekali orang-orang yang ingin bergerak, membantu. Tapi tergantung dari kemampuan masing-masing orang, seberapa banyak yang bisa kita korbankan. Kita tinggal menciptakan wadah itu, ciptakan paket-paket baru. Ada banyak pilihan paket, ada banyak peran yang bisa diisi. Ingat juga, satu kebaikan dan niat tulus itu menular dan bikin ketagihan. Hal tersebut yang membuat ini berkelanjutan."

Nah, pemimpin, menurut saya, adalah orang-orang yang sebenarnya bisa menciptakan paket-paket baru itu. Yang ingin membantu, tinggal masuk ke dalam peran yang bisa diisi. Pemimpin mengorganisasi paket itu, yang turut membantu bahkan bisa membuat cabang-cabang paket baru yang bisa diisi lebih banyak peran. Pemimpin tersebut juga harus tahu, di kemanakan potensi orang-orang yang ingin membantu ini agar maksimal. Sebenarnya ini teori yang sederhana, rukun, indah, berkelanjutan. Ini yang semestinya, seharusnya. Tanpa saling sikut, tanpa saling serobot kalau tujuannya sama: Kemaslahatan umat. Bukankah ini dunia politik seharusnya?

Alangkah bahagianya saya jika dunia politik seperti itu. Pertanyaannya bagaimana caranya agar mencapai sana?

Tentu dunia politik ini harus diisi oleh orang-orang baik dan berani yang tidak mendiamkan orang jahat yang sedang beraksi. Ada banyak orang baik, pintar, memiliki inisiatif tapi tidak berani maju ke politik. Alasannya takut namanya tercemar, takut di masa depan tertular liciknya politik. Banyak juga yang pesimis "alaaah tidak usah, nanti ikutan busuk lagi"
Nah, ini membuka mata saya tentang dunia politik yang saya hindari: 
Kalau pola pikirnya begitu terus, mau sampai kapan dunia politik ini penuh oleh orang-orang baik? Orang-orang baik ini mau maju, tapi bahkan tidak didukung. "Kurang populer", katanya. "Mana mungkin bisa bertahan di politik yang busuk itu?" 
Duh, kawan, sejak kapan kita jadi bangsa yang pesimis?

Nah, saya mulai mencari tahu tentang orang-orang baik, keren yang harus saya dukung. Saya harap ia bisa membuka paket-paket baru itu, sampai tindakan sesederhana mungkin sehingga orang seperti saya bisa dengan mudah ikut membantu. 

Pemimpin yang seperti saya sebutkan diatas, tentu hanya menciptakan paket, mengorganisirnya. Namun, yang membuat program kerjanya nyata adalah orang-orang yang dengan tulus mau membantunya. 


Nah, saya melihat peluang paket itu dalam gerakan yang diprakarsai Pak Anies Baswedan.
(Bukan, saya bukan tim sukses. Sungguh. Saya itu orangnya jarang promosi. Saya bilang kalau benar-benar penting dan baik untuk disebar)

Pak Anies membuka peluang untuk kita turun tangan sendiri menangani masalah-masalah di negeri kita. Sampai saat ini ia bisa mengumpulkan 25000++ relawan tanpa bayaran untuk menyumbangkan pemikiran mereka dalam memperjuangkan politik bersih. Gerakan yang cerdas dan menarik, saya pikir. Jujur saja, saya tergerak melihat politik karena berbagai kegiatan yang ia usung. Misi yang ia usung besar, lebih dari sekedar siapa presidennya nanti. Saya sendiri pro Jokowi. Tapi, saya lebih suka membayangkan jika gerakan Turun Tangan ini akan menjadi besar dan berkelanjutan. Pasti super seru!

Salah satu bukti saya dengan kerelaan hati mau turun tangan adalah dengan menulis tulisan ini. Serius, baru kali ini saya nulis secuil tentang dunia perpolitikan. Saya sampai amazed sendiri, Waow.
Terima kasih sudah membantu saya membuka mata tentang dunia politik ya, Pak Anies. Dengan bergabung bersama teman-teman lain yang ikut turun tangan juga, dengan membayangkan hal ini menjadi besar, saya jadi optimis. Mimpi kita jauuuh lebih tinggi dibandingkan teriakan pesimis-pesimis itu.
Mimpi saya pribadi, anak-anak saya nanti akan menganggap dunia politik bisa jadi panutan dan merupakan hal keren, dimana saya juga ikut berjuang di dalamnya :)


Tertarik untuk Turun Tangan?
Yuuuk ikutaan :)

http://relawan.turuntangan.org/
Tertarik? Klik gambarnya aja yaa ;)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...